1 Sanggul Ukel Ageng Bangun Tulak. Sanggul resmi atau sanggul kebesaran ini bentuknya memanjang seperti kupu-kupu tarung. Menurut kepercayaan suku Jawa, kupu-kupu yang hinggap dirambut, terutama kupu-kupu kuning, merupakan perlambang bahwa rezeki dan kebahagiaan akan datang. Untuk itu cara penggunaan sanggul:
Terdapatmacam-macam jaringan komputer beserta gambarnya yang dapat Anda gunakan, seperti berikut ini. Daftar Isi [ sembunyikan] Jenis Jaringan Komputer Berdasarkan Jangkauan Geografis. 1. PAN (Personal Area Network) 2. LAN (Local Area Network) 3. CAN (Campus Area Network)
Macamtari tradisional Jawa Timur yang pertama ialah tari reog ponorogo. Jenis tarian tradisional tersebut berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Tari reog ponorogo merupakan tarian tradisional dari Jawa Timur yang dibawakan oleh 6 - 8 wanita dan 6 - 8 pria. Tarian ini mempunyai durasi yang cukup panjang karena mempunyai beberapa sesi di dalamnya.
Vay Tiền Nhanh.
Alat Musik Tradisional Jawa Tengah – Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang terkenal akan kebudayaannya, baik itu alat musik tradisional, tarian tradisional, upacara, hingga eh ah adat tradisional. Dimana masing-masing kebudayaan tersebut tentunya mempunyai keunikan yang menjadi ciri khas dari masing-masing daerah, kali ini kita akan membahas tentang alat musik tradisional Jawa Tengah. Langsung saja untuk lebih jelasnya, yuk simak penjelasannya di bawah ini! Alat Musik Tradisional Jawa Tengah Gambar Alat Musik Tradisional Jawa Tengah Alat musik tradisional Jawa Tengah didahului oleh alat musik gamelan, dimana pada saat itu Indonesia masih berada pada kebudayaan Hindu-Buddha. Alat musik berasal dari bahasa yunani, yakni Mousaki yang merupakan nama salah satu dari dera terkenal dalam mitologi Yunani Kuno, Mousa merupakan dewa yang memimpin ilmu dan juga seni. Sedangkan kata tradisional berasal dari bahasa latin, yakni traditio yang mempunyai arti kegiatan masyarakat yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Sehingga alat musik tradisional ini merupakan alat musik yang berkembang pada daerah dan juga digunakan untuk mengiringi suatu musik yang ada di daerah tersebut. Macam-Macam Alat Musik Tradisional Jawa Tengah Seperti yang kita tahu, bahwa alat musik tradisional Jawa Tengah bukan hanya terdiri dari satu jenis saja, melainkan terdiri dari berbagai macam jenis dengan keunikannya masing-masing. Lantas apa saja sih alat musik yang ada di provinsi Jawa Tengah ini? Dari pada semakin penasaran, yuk simak penjelasannya di bawah ini! No Alat Musik Tradisional Jawa Tengah 1 Alat Musik Tradisional Gender 2 Alat Musik Tradisional Kempul 3 Alat Musik Tradisional Siter 4 Alat Musik Tradisional Saron 5 Alat Musik Tradisional Kendang 6 Alat Musik Tradisional Bonang 7 Alat Musik Tradisional Gong 8 Alat Musik Tradisional Slenthem 9 Alat Musik Tradisional Suling 10 Alat Musik Tradisional Gambang 11 Alat Musik Tradisional Kenong 12 Alat Musik Tradisional Demung 1. Alat Musik Tradisional Gender Gambar Alat Musik Tradisional Gender Gender merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang termasuk kedalam jenis alat musik pukul dan terbuat dari logam metalofon, dimana alat musik ini menjadi bagian dari alat musik gamelan jawa dan juga Bali. Alat musik gender terdiri dari 10 hingga 14 bilah logam atau kuningan yang bisa menghasilkan nada. Nada yang dihasilkan juga berbeda-beda, tergantung pada nada tangga yang akan digunakan. Dimana pada gamelan Jawa ini terdiri dari 3 gender, diantaranya adalah pelog pathet nem dan lima, slendro,serta pelog pathet barang. 2. Alat Musik Tradisional Kempul Gambar Alat Musik Tradisional Kempul Kempul merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang termasuk ke dalam jenis instrumen keras. Dimana instrument keras tersebut diantaranya adalah pula bonang barung, gong, Bonang penerus, kenong, demung, saron, kethuk, kempyang dan juga saron peking. Adapun lawan dari instrumen keras ini terdiri dari gender barung, siter, slenthem, gender penerus, rebab, gambang, suling dan juga kendhang. 3. Alat Musik Tradisional Siter Gambar Alat Musik Tradisional Siter Siter merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang mempunyai panjang kurang lebih sekitar 39 cm. Alat musik siter ini mempunyai 11 dan 13 pasang senar, dimana alat musik ini juga mempunyai kotak resonator apabila di rentangkan kedua sisinya. Satu senar akan disetel dengan menggunakan nada pelog, sedangkan senar yang lainnya akan disetel dengan menggunakan nada slendro. Alat musik ini akan dimainkan dengan cara dipetik dengan menggunakan ibu jari, sedangkan jari yang lainnya akan digunakan sebagai penahan getaran dari senar yang dipetik. Yang membuat alat musik siter ini menarik adalah alat musik ini harus dimasukkan kedalam kotak dan dipetik di dalam kotak tersebut. 4. Alat Musik Tradisional Saron Gambar Alat Musik Tradisional Saron Saron merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang termasuk kedalam jenis alat musik Bakungan. Dimana biasanya di dalam gamelan terdapat empat buah saron yang semuanya terdiri dari dua versi, yakni versi pelog dan juga versi slendro. Alat musik ini juga mempunyai nada satu oktaf, dimana pada umumnya nada tersebut lebih tinggi daripada damung dan mempunyai tubuh yang sedikit lebih kecil. Alat musik ini bisa dimainkan dengan cara ditabuh sesuai dengan nada, nada yang imbal atau bisa juga dengan menabuh secata bergantian, antara saron yang satu dengan saron kedua. Cepat lambat, keras dan lemahnya penabuhan ini akan tergantung pada komando dari kandang dan juga jenis gendingnya. Adapun alat pemukul saron ini dibuat dengan menggunakan bahan kayu yang dibentuk seperti palu. 5. Alat Musik Tradisional Kendang Gambar Alat Musik Tradisional Kendang Kendang merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang juga bagian dari alat musik gamelan Jawa. Dimana alat musik ini mempunyai dua sisi yang tidak simetris dengan sisi kulitnya. Alat musik kendang biasanya akan dimainkan dengan cara menggunakan tangan tanpa alat bantu. Kendang juga terdiri dari berbagai jenis diantaranya adalah kendang yang mempunyai bentuk kecil yang disebut dengan ketipung. Kemudian kendang yang mempunyai bentuk menengah disebut dengan kebar dan kendang yang berukuran besar disebut dengan kendang kalih. Secara umum kendang-kendang ini digunakan sebagai penentu untuk irama dan juga tempo. Biasanya alat musik ini akan dimainkan sebagai pengiring tari atau pengiring apabila terjadi pertunjukan wayang. 6. Alat Musik Tradisional Bonang Gambar Alat Musik Tradisional Bonang Bonang merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh pada bagian atasnya. Bonang mempunyai bagian atas dengan bentuk yang menonjol atau disebut dengan pencu pencon. Alat musik Bonang ini mempunyai dua pemukul yang digunakan secara khusus, alat pemukul tersebut disebut dengan bindi. 7. Alat Musik Tradisional Gong Gambar Alat Musik Tradisional Gong Gong merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang terbuat dari bahan berupa leburan logam seperti perunggu atau tembaga dengan bentuk bundar pada permukaannya. Alat musik gong ini mempunyai ukuran yang cukup besar dan disusun dengan berbagai ukuran yang bisa menghasilkan suara. Alat musik gong ini juga mempunyai diameter sebesar 69 cm hingga 105 cm dan biasanya pada bagian atasnya terdapat bagian yang digunakan untuk menggantungkan gong. Bagian atas tersebut mempunyai beragam variasi, yakni ular dan naga yang terbuat dari bahan kayu dan digunakan sebagai hiasan. Adapun cara memainkan alat musik gong ini adalah dengan memukul menggunakan alat pemukul khusus. Biasanya gong akan dibunyikan pada saat lagu sudah berada diakhir. 8. Alat Musik Tradisional Slenthem Gambar Alat Musik Tradisional Slenthem Slenthem merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang mempunyai bentuk seperti alat musik seperti alat musik gender. Dimana alat musik ini mempunyai bentuk bilah-bilah logam yang digantung di atas tabung dan bisa menghasilkan dengung rendah pada saat dipukul. Slenthem juga mempunyai beberapa versi, yakni versi pelog dan juga versi slendro. Versi pelog pada umumnya mempunyai rentang nada C hingga B, sedangkan untuk slenthem slendro mempunyai nada C, D, E, G, A, C. Adapun cara memainkan alat musik ini yakni dengan cara menabuhnya dengan menggunakan naluri atau perasaan yang bisa menghasilkan gema atau bentuk dengungan yang baik. 9. Alat Musik Tradisional Suling Gambar Alat Musik Tradisional Suling Suling merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang termasuk kedalam jenis alat musik tiup kayu dan terbuat dari bahan bambu. Suling ini dapat menghasilkan suara yang sangat lembut dan bisa juga dipadukan dengan menggunakan berbagai macam alat musik tradisional lainnya dengan baik. Sedangkan alat musik suling modern dibuat dengan menggunakan bahan dari tembaga atau logam. 10. Alat Musik Tradisional Gambang Gambar Alat Musik Tradisional Gambang Gambang merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang termasuk ke dalam jenis instrumen orkes gambang kromong dan juga gambang rancag. Gambang ini mempunyai sumber suara sebanyak 20 bilah dan pada umumnya dibuat dengan menggunakan kayu atau bambu. Bilah dari alat musik gambang ini dibuat dengan menggunakan bahan kayu jati dan bilah nada yang rendah mempunyai bentuk paling panjang dan juga lebar. Sedangkan bilah dengan nada yang tinggi mempunyai bentuk pendek, tebal dan juga sempit. 11. Alat Musik Tradisional Kenong Gambar Alat Musik Tradisional Kenong Kenong merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang dimainkan dengan cara menggunakan satu alat pemukul. Alat musik kening ini biasanya digunakan sebagai penentu batas-batas gatra dan juga digunakan sebagai penentu untuk irama. Kenong ini merupakan alat musik yang mempunyai jenis alat musik berpencu, dimana alat musik ini mempunyai ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan alat musik bonang. Kening merupakan alat musik yang mempunyai bentuk tubuh paling gemuk, berbeda dengan alat musik gong yang mempunyai bentuk lebar tapi pipih. Alat musik kenong ini mampu menghasilkan suara yang rendah, tapi nyaring dengan timbre yang dihasilkan sangatlah khas. 12. Alat Musik Tradisional Demung Gambar Alat Musik Tradisional Demung Demung merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang termasuk kedalam jenis alat musik keluarga balungan. Dimana satu set gamelan ini terdapat dua demung yang mempunyai dua versi yakni, versi pelog dan juga versi slendro. Alat musik demung ini bisa menghasilkan nada oktaf terendah di dalam keluarga balungan. Alat musik ini terbuat dari bahan kuningan dan dimainkan dengan cara memukul dengan menggunakan alat pemukul khusus. Deming ini mempunyai wilahan yang lebih tipis tapi lebih lebar jika dibandingkan dengan wilahan saron, sehingga nada yang dihasilkan bisa lebih rendah. Fungsi Alat Musik Tradisional Jawa Tengah Alat musik tradisional Jawa Tengah ini mempunyai 3 fungsi, dimana fungsi-fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut! Digunakan Sebagai Pendukung Upacara Adat Alat musik Jawa Tengah ini biasanya digunakan pada saat upacara atau ritual yang ada di provinsi Jawa Tengah. Dimana provinsi ini mempunyai banyak warisan dari leluhur. Sampai saat ini bahkan masih ada tradisi yang dilakukan dalam skala waktu tertentu. Pada saat pergelaran upacara adat Jawa Tengah biasanya akan menggunakan alat musik tradisional dari Jawa Tengah ini. Digunakan Sebagai Pengiring Pertunjukkan Tari Tarian daerah tentunya tidak akan sempurna jika tidak menggunakan iringan suara. Sehingga dalam setiap pertunjukan tari pastinya akan selalu menggunakan alat musik tradisional yang sesuai dengan masing-masing daerahnya. Digunakan Untuk Menyambut Tamu dari Luar Daerah Alat musik tradisional Jawa Tengah ini juga digunakan untuk menyambut tamu yang berada dari luar daerah. Dimana permainan alat musik ink sudah menjadi kebiasaan turun temurun yang ada di masyarakat Jawa Tengah. Penutup Alat Musik Tradisional Jawa Tengah Demikianlah penjelasan mengenai macam-macam dari alat musik tradisional Jawa Tengah dimana pada provinsi Jawa Tengah ini ternyata masih mempunyai banyak alat musik tradisional yang masih dijaga hingga saat ini. Semoga penjelasan pada artikel ini bisa membantu para pembaca dalam mengenal dan mempelajari berbagai macam alat musik tradisional yang ada di Indonesia dan semoga bisa dipahami dengan baik Alat Musik Tradisional Jawa Tengahsumber referensi
Jenis-Jenis Wayang - Wayang merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa yang sering diartikan sebagai “bayangan” yang terlihat samar-samar. Wayang dapat bergerak sesuai lakon/pakem yang dilakukan seorang dalang orang yang menggerakkan wayang. Bayangan yang dihasilkan dalam pertunjukan wayang juga sering dipahami sebagai gambaran perwatakan/ karakter manusia sekaligus sebagai gambaran kehidupan manusia. Gambaran-gambaran yang dihasilkan wayang sesuai dan didasarkan isi ceritera. Jenis-Jenis Wayang Jenis-jenis wayang di Indonesia sangat beragam. Keragaman jenis wayang ini lahir dan berkembang dari beragam suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Beberapa jenis wayang tersebut antara lain, yaitu; Wayang Purwa 1 Wayang Purwa Wayang kulit Ceritera wayang purwa bersumber pada wiracerita Mahabarata dan Ramayana. Dari ceritera itu dapat dikembangkan menjadi banyak ceritera. Dalam pengembangannya, terdapat tiga jenis ceritera wayang purwa, yaitu Ceritera baku adalah ceritera asli yang tidak menyimpang dari ceritera induk. Ceritera carangan kadapur adalah ceritera baku yang diambil dari ceritera induk kemudian dikembangkan oleh dalang. Ceritera carangan adalah ceritera yang dihasilkan dari kreativitas dalang atau dengan tidak melenceng dari “pakem ” Ceritera. Ceritera carangan ini tidak terdapat dalam ceritera induk. 2 Wayang Madya Wayang kulit Wayang Madya diciptakan oleh Sri Mangkunegara IV. Penciptaan wayang madya ini dimaksudkan untuk menghubungkan antara wayang purwa dengan wayang gedhog. Keberadaan wayang madya ini tidak dapat berkembang karena hanya terbatas pada lingkungan kadipaten Mangkunegara saja. Salah satu ceritera wayang madya yang terkenal adalah ceritera Prabu Anglingdarma dari kerajaan Malawapati dengan Patih Batik Madrim. Kesaktian Anglingdarma dengan memiliki “aji suleman” yaitu kesaktian Anglingdarma yang dapat mendengarkan pembicaraan hewan. Ceritera Prabu Anglingdarma ini sempat ditayangkan melalui layar kaca/difilmkan. 3 Wayang Gedhog Wayang kulit Wayang Gedhog adalah salah satu jenis wayang yang terdapat di Nusantara yang terbuat dari kulit kerbau. Wayang gedhog merupakan rangkaian terakhir dari wayang kulit purwa-wayang madya-wayang gedhog. Gedhok diartikan sebagai batas akhir, yang berarti sudah sampai batas akhir dari cerita kisah pewayangan gubahan Mahabarata dan Ramayana yang bersifat kekawin, cerita jawa asli. Wayang Gedhog ini yang membuat Sunan Giri dengan iringan gamelan pelog. Wayang Gedhog ini dasar ceriteranya dari ceritera Panji yang muncul zaman kerajaan Kediri dan Majapahit. Di Zaman Kediri dan Majapahit gelar panji adalah gelar kaum kesatria dan raja Sering terdengar juga gelar dengan nama binatang perkasa, seperti Kebo Anabrang, Lembu Amiluhur, Mahesa Jlamprang, dan sebagainya. Wayang Klitik 4 Wayang Klithik Wayang Klithik ini juga disebut wayang Krucil yang membuat Pangeran Pekik. Wayang ini dibuat dengan bahan kulit dan ukurannya kecil dikatakan wayang krucil. Sumber ceritera wayang Klithik adalah ceritera dari serat Damarwulan; yaitu peperangan antara Majapahit dengan Blambangan. Kemudian, oleh Paku Buwana II wayang Klithik ini dibuat dengah bahan kayu, sehingga apabila dimainkan menimbulkan suara “klithik-klithik”. Atas dasar suara “klithik-klithik” inilah wayang krucil ini disebut wayang Klithik. Wayang Menak 5 Wayang Menak Menurut penuturan Banis Isma’un dan Martono 1989 51 bahwa pertunjukan wayang berkembang pada masa pemerintahan Paku Buwana II. Saat itu muncul pertunjukan wayang Golek Purwa dan wayang terbang. Dikatakan sebagai wayang Terbang karena pertunjukannya diiringi dengan iringan alat terbang. Bersamaan dengan munculnya wayang Terbang itu, di daerah Kudus muncul wayang Golek Menak. Untuk mengimbangi wayang Golek Menak yang muncul di Kudus, Pakubuwana II memerintahkan membuat wayang Krucil dari kayu. Wayang Menak ini merupakan ceritera-ceritera Islam yang dimasukkan dalam ceritera pewayangan ditulis tahun 1717 masehi tahun 1639 Jawa. Kitab Menak ini ditulis atas kehendak Kanjeng Ratu Mas Balitar permaisuri Pakubuwana I Pangeran Puger di keraton Kartasura. Kemudian, ceritera Menak dimasukkan dalam wayang Golek. Dikatakan wayang Golek, karena wayang tersebut bentuknya bulat dapat berputar terbuat dari kayu. Golek artinya mencari; mubeng; bunder gilig. Jadi, wayang Golek adalah wayang terbuat dari kayu bentuknya bundar gilig. Istilah “Menak” artinya Wong Agung Menak atau Amir Hamzah atau Wong Agung Jayengrana merupakan paman Nabi Muhammad SAW. Induk kitab Menak yang muncul zaman Mataram abad XVI adalah ceritera dari Parsi. Sebelumnya kitab Menak ini berasal dari Hikayat Amir Hamzah kitab Melayuyang selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Jawa disebut Kitab Menak, Isi pokok kitab Menak permusuhan antara wong Agung Jayengrana/Amir Hamzah beragama Islam dengan Prabu Nursewan yang masih kafir. Munculnya wayang Golek Menak ini muncul sebagai media informasi/dakwah penuh dengan muatan spiritual Islam yang tujuannya untuk mengembangkan Islam. Wayang Cina 6 Wayang Cina Wayang yang merupakan budaya Nusantara ini, sejalan dengan keberadaan orang-orang Cina di Indonesia tidak ketinggalan memperkaya budayanya dengan wayang Cina dengan sumber ceritera roman sejarah Negeri Cina. Wayang Cina ini dibuat tahun 1850 merupakan satu-satunya wayang yang berasal dari Kapitein Liem Kie Tjwan. Isi ringkasnya adalah perang batin antara Senapati Tig Djing dengan patih Mbang Hong yang bersekongkol dengan Soen Syon. Rasa iri dan dengki yang menimbulkan perang batin dapat diakhiri setelah Tig Djing menunjukkan darma baktinya dengan mengalahkan musuh dari kerajaan Sey Lao Kog. Wayang Dupara 7 Wayang Dupara Wayang Dupara memiliki dasar ceritera atau legenda zaman Majapahit hingga zaman perang Dipanegara. Wayang Dupara ini tidak begitu dikenal oleh masyarakat Jawa, karena masyarakat sendiri kurang tertarik dengan wayang Dupara yang menyerupai wayang Klithik. Beberapa ceritera dalam wayang Dupara, antara lain Dewi Nawangwulan lan Jaka Tarub, Jaka Tingkir, Untung Surapati, dan sebagainya. Wayang Beber 8 Wayang Beber Keberadaan wayang Beber saat ini telah berada pada kepunahan, yang dahulu pernah terkenal. Wayang Beber terdiri dua Jenis, yaitu wayang Beper Purwa dan wayang Beber Gedhog. Wayang Beber Purwa muncul di Zaman Majapahit oleh Prabangkara. Ceritera pokok dan tokoh-tokohnya seperti dalam wayang purwa. Wayang Beber Gedhog muncul pada zaman Kesultanan Pajang oleh Sunan Bonang di abad XV. Poerbatjaraka menyebutkan wayang Beber Gedhog muncul di zaman Demak tahun 1485. Hingga saat ini wayang Beber Gedhog di Pacitan dibuat tahun 1614, dan wayang Beber Gedhog Wonosari, Yogyakarta. Wayang Wong 9 Wayang Wong Wayang wong adalah pertunjukan wayang yang dipergunakan oleh manusia wong, meliputi Wong Purwa, Wayang Wong Gedhog, Wayang Wong Klithik, dan Wayang Wong Menak. Wayang Wong Purwa berdasar ceritera Mahabarata dan Ramayana. Wayang Wong Gedhog sumber ceriteranya seperti wayang Gedhog dengan memakai topeng. Wayang Wong Klithik tanpa memakai topeng dan dialognya memakai tembang dan disebut “Langendriyan” opera jawa. Wayang Wong Menak dengan sumber ceritera Menak. Wayang Sadat 10 Wayang Kontemporer Wayang kontemporer ini muncul karena perkembangan dari wayang kulit purwa yang muncul pada abad XX. Jenis-jenis wayang kontemporer antara lain, yaitu Wayang Dobel, Wayang Kancil, Wayang Wahyu, Wayang Pancasila, Wayang Suluh, Wayang Ukur, Wayang Dipanegara, dan Wayang Sadat. Wayang Kancil, dibuat oleh Babah Bo Liem dan bentuknya oleh Babah Liem Too Hien tahun 1925. Bentuk wayang Kancil seperti manusia hanya digambar miring, saat itu dibuat sebanyak seratus buah. Sumber ceriteranya diambil dari ceritera kancil. Wayang Dobel, dibuat tahun 1927 di daerah Wonosari, Gunug Kidul, Yogyakarta. Sumber ceriteranya mengambil dari Riwayat Para Nabi. Wayang Dobel ini tidak dapat berkembang karena ada sebagian masyarakat tertentu yang menolak keberadaan wayang Dobel ini. Wayang Wahyu, dibuat oleh RM. Soetarto Hardjowahono, sehingga sering disebut Wayang Wahono. Bentuknya seperti manusia dan digambar miring. Wayang Wahyu ini digunakan untuk dakwah kaum Nasrani. Wayang Suluh, dibuat tahun 1945/1946. Wayang ini dibuat untuk memberikan penyuluhan obor kepada masyarakat tentang perjuangan. Sehingga, bentuk wayangnya seperti polisi, pejuang, dan sebagainya. Wayang Pancasila, dibuat tahun 1980 muncul di Prambanan, dan bentuknya mirip dengan wayang Purwa, Gedhog, dan Klithik. Ceritanya kadang diambil dari ceritera wayang Klithik. Ciri yang menonjol adalah kayonnya disesuaikan dengan lambang Garuda Pancasila. Wayang Ukur, dibuat oleh Drs. Sukasman dari ISI Yogyakarta tahun 1982. Bentuk dan isi ceritanya sama dengan wayang purwa, sedangkan cara pergelarannya dengan dua orang dalang, dan dipakai lampu warna-warni. Wayang Dipanegara, dibuat oleh Kuswaji Kawendrasusanta di Yogyakarta tahun 1983. Sumber ceritera diambil dari babad Dipanegara. Pagelaran ini seperti wayang purwa. Pada saat dialog antara Dipanegara dengan para pengikutnya memakai bahasa Jawa, sedangkan dialog antara Belanda dengan Dipanegara memakai bahasa Indonesia. diringkas dari Banis Isma’un dan Martono 1874. Wayang Sadat, dibuat tahun 1980 oleh Drs. Suryadi seorang dai dari Trucuk, Klaten. Sumber ceriteranya dari kehidupan para Wali sebagai penyebar Islam. Keberadaan wayang Sadat ini tujuannya untuk ikut mengembangkan agama Islam dengan media wayang. Para tokohnya sebagian besar dari para Wali, demikian juga isi ceriteranya berasal dari kehidupan para Wali. Misalnya, lahirnya Sunan Kalijaga. Berdirinya Masjid Demak, Lakon Ki Ageng Pengging, dan sebagainya. Tentang wayang sadat ini penulis beberapa kali mendatangi Drs. Suryadi di Klaten untuk ikut melihat dari dekat wayang Sadat. Hingga saat ini Drs. Suryadi pernah mendapatkan tanggapan puluhan kali, dan pernah muncul beberapa kali di Indosiar dan Festival Istiqlal Jakarta. Daftar nama-nama wayang Sadat, antara lain yaitu; Raden Syahid, Sunan Kalijaga, Sunan Trenggana, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Raden Patah, Ratu Kaliwungu, Adipati Tuban, Joko Rangsang, Ratu Jumanten, Jamilah, Kasan, Gunungan Wy Sadat, Kiai Iman, Salim, Brandal Warudoyong, Brandal Samb Dalan, Brandal Rangkut, Brandal Wono Salm, Demang Becik, Demang Ala, Cangik, Limbuk, Macan, Rampakan, Kucing, Ayam, Gunungan Masjid, Gunungan Syahadat. Jenis-Jenis Wayang Menurut Ceritanya Seni pertunjukan wayang memunculkan berbagai ragam/ jenis wayang. Beberapa pendapat diantaranya dikemukakan oleh Sri Mangkunegara IV membagi wayang menjadi tiga jenis, yaitu Wayang Purwa, yaitu wayang yang menceritakan masa kedatangan Prabu Isaka sampai dengan wafatnya Maharaja Yudayana di Astina. Wayang Madya, yaitu wayang yang menceriterakan sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jayalengkara naik tahta. Wayang Wasana, yaitu wayang yang menceriterakan sejak Prabu Jayalengkara sampai masuknya agama Islam. J. Kats mengemukakan bahwa wayang terdiri dari beberapa jenis, yaitu Wayang Purwa, yaitu wayang yang menceritakan sejak zaman para dewa hingga Prabu Parikesit. Wayang Madya, yaitu wayang yang menceritakan sejak Prabu Yudayana putra Prabu Parikesit hingga masa Prabu Jayalengkara. wayang Gedhog, yaitu wayang yang menceriterakan sejak masa Sri Gatayu putra Jayalengkara hingga masa Prabu Kuda Laleyan. Wayang Klithik, yaitu wayang yang menceritakan Prabu Banjarsari/Prabu Kuda Laleyan hingga masa Prabu Brawijaya. Wayang Dupara, yaitu wayang yang menceritakan sejak lahirnya para raja Majapahit hingga masa Perang Dipanegara. Banis Isma’un dan Martono, 1989 17-18 Model wayang di Jawa yang paling terkenal adalah wayang kulit purwa. Dalam pertunjukan wayang kulit di Jawa suatu tokoh wayang dalam lakon tertentu sering dipakai oleh orang Jawa untuk memberikan pemahaman terhadap perjalanan hidup baik secara realitas kehidupan sehari-hari maupun di masa mendatang juga, dalam setiap pertunjukan sering kali diberikan berbagai nasihat, pitutur, atau ajaran-ajaran penting tentang kehidupan/kebaikan yang semuanya itu untuk memberikan peringatan atau saling memberikan nasihat kepada siapa saja. Keberadaan wayang purwa wayang kulit hingga saat ini masih digemari sebagian besar masyarakat Jawa. Hal ini terlihat dari berbagai pertunjukan wayang ternyata wayang kulit purwa sebagai wayang yang masih banyak digemari dari pertunjukan jenis lain. Salah satu hal yang menjadi daya tarik yaitu keragaman ceritera yang ada sangat banyak. Dalam setiap lakon dapat diambil suri tauladan atau makna yang tersirat dan tersurat dalam setiap lakon agar manusia dapat mengambil hikmahnya. Dengan demikian, peranan wayang lebih sebagai dasar filosofi manusia Jawa disamping ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para pujangga Jawa. Mitologi orang-orang Jawa bersumber dari ceritera Mahabarata dan Ramayana, kehidupan ini dapat dikatakan sebagai wujud perang tanding konflik antara dua kutub yang saling bertentangan, yaitu antara kebaikan dan kejahatan, antara kekacauan dan ketertiban, antara khaos dan ordo, antara perilaku baik dan perilaku buruk, antara kanan mewakili simbol kebaikan dan kiri mewakili simbol keburukan. Dalam ceritera Mahabarata, hal-hal yang terkait dengan kebaikan diwakili oleh keluarga Pandawa sedangkan hal-hal yang terkait dengan kejahatan diwakili oleh keluarga Kurawa. Kurawa sebagai simbol dari sifat dan sikap hal-hal yang jahat, seperti kesombongan, nafsu amarah, senang akan kekacauan, dan sebagainya. Sedangkan, Pandawa sebagai simbol dari sifat dan sikap hal-hal yang baik, seperti keadilan, keluhuran, ketenangan, ketertiban, dan sebagainya. Anderson dalam Woro Aryandini 2002 46 mengemukakan wayang merupakan unsur penting dalam kebudayaan Jawa, yaitu sebagai compelling religius mythology, yang menyatukan masyarakat Jawa secara menyeluruh, secara horizontal meliputi seluruh daerah geografi Jawa, dan secara vertikal meliputi semua golongan sosial masyarakat Jawa. Wayang juga sebagai pemelihara dan alat untuk menyebarkan kebudayaan Holt mengatakan bahwa wayang melambangkan masyarakat Jawa yang merupakan “suatu dunia yang stabil berdasarkan konflik” a stable World based on conflict. Menurut Dananjaya, wayang sendiri diciptakan membawakan suatu lakon dan lakonnya mengandung penuh pertentangan dalam diri manusia atau antara manusia yang satu dengan manusia lain, yang dibawakan dalang dengan cara dialog dan gerak perbuatan. Jenis-Jenis Wayang Kulit Maria A. Sardjono 1992 24 mengemukakan bahwa pedalangan wayang kulit adalah suatu rangkuman tindakan-tindakan simbolis yang terpadu, terdiri dari berbagai unsur. Seperangkat gamelan, seperangkat wayang kulit, seperangkat lakon, seperangkat lagu, seperangkat lakon dan manusia-manusianya yang mempergunakan seperangkat aturan-aturan termasuk tata cara dalam hal berpakaian, bersikap dan berbahasa. Semuanya itu begitu erat dengan kehidupan orang Jawa yang memang tidak bisa lepas begitu saja dari segala sesuatu yang berkaitan dengan wayang. Dari aspek seni rupa, gambar wayang kulit purwa bergaya ekspresif dekoratif tradisional, yang mengambil tokoh-tokoh pelaku bersumber pada Mahabarata dan Ramayana. Jumlah wayang kulit kurang lebih ada 300 buah, wayang wanitanya putren berjumlah 44 buah. Wayang terbagi menjadi enam golongan, yaitu Soekatno, 1992 13 a. Jenis wayang kulit ekspresif dekoratif 1. berdasar watak baik, buruk, setengah baik. 2. berdasar kelas golongan dewa, golongan ksatria, golongan Raja. 3. golongan putran/pangeran, golongan putren, golongan punggawa, golongan raksasa, golongan kera. b. Jenis wayang kulit ekspresif dekoratif humoris karikaturis, yaitu wayang yang menggambarkan rasa humor/lucu. 1. humoris karikaturis pengikut ksatria Semar, Gareng, Petruk, Bagong. 2. humoris karikaturis pengikut raksasa Togog; Sarawita. 3. humoris karikaturis pengikut Dewa Patuk, Temboro. 4. humoris karikaturis pendeta Cantrik Janaloka. 5. humoris karikaturis wanita Cangik, Limbuk. c. Jenis wayang kulit yang menggambarkan kelompok pasukan, tumbuhan, binatang, bangunan, seperti perampokan/ampyakan dan gunungan. d. Jenis wayang kulit yang menggambarkan binatang dan kendaraan, seperti kuda, kereta kencana, gajah, naga, burung garuda, dll. e. Jenis wayang kulit yang menggambarkan senjata, seperti panah, keris, tombak, gada, cakra, dan lainnya. f. Jenis wayang kulit yang menggambarkan ruh halus berupa siluman, setan, seperti Jurumeja, Jarameja, Keblok, dll. Baca juga Tokoh Wayang Kulit, Menurut Golongannya Secara Lengkap Unsur-Unsur yang Berperan Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Wayang Wong Teater Klasik Jawa Sejarah Wayang Kulit Asal Usul dan Sumber Ceritanya Demikian ulasan tentang "Jenis-Jenis Wayang di Indonesia Secara Lengkap" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel budaya Indonesia menarik lainnya hanya di situs
macam macam sanggul jawa dan gambarnya